ILMU BUDAYA DASAR
“Manusia dan Penderitaan”
WILLY PUTRA DELLY
17315158
1TA03
BERJUDUL : Ketika Kekayaan
Membuat Buta
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
Yang terhormat Ibu Dinar Juniar Anggraini selaku dosen
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan karuniaNya sehingga Tulisan ini dapat terselesaikan dan tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Tulisan ini adalah Puisi mengenai “ Manusia dan
Penderitaan “, yang berhubungan dengan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Diharapkan Tulisan ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua dan mampu
memberikan penjelasan tentang bagaimana Manusia dan Penderitaan.
Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu
di harapkan demi kesempurnaan tulisan ini di kesempatan
lainnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan tulisan ini dari awal
sampai akhir.
Ketika Kekayaan Membuat Buta
Jemari – jemari merebutkan harta
Antara si miskin & si kaya tampak menjulang
Yang lemah semakin tertindas tak berdaya
Dan yang berkuasa semakin tinggi tulang
Tak ada lagi keadilan dalam membantu sesama
Hanya ego lah yang menguasai diri
Tangisan bayi menghabiskan suara
Tanpa peduli akan rakyat jelata
Sementara itu dewa – dewa rakyat berebut kursi
Duduk manis dengan tubuh gemuk
Hilang sudah janji – janji
Harta si miskin pun terus menerus di parut
Musnah asa dalam nestapa
Si miskin pun tetap terpuruk dalam – dalam
Kolong jembatan penuh sesak hingga tua
Sementara si kaya semakin kaya
Inikah kewarasan dari negeri nan elok
Dihuni oleh penguasa yang ego tak pernah me-nelok
Sudah puaskah anda akan harta yang kau rampas
Antara si miskin & si kaya tampak menjulang
Yang lemah semakin tertindas tak berdaya
Dan yang berkuasa semakin tinggi tulang
Tak ada lagi keadilan dalam membantu sesama
Hanya ego lah yang menguasai diri
Tangisan bayi menghabiskan suara
Tanpa peduli akan rakyat jelata
Sementara itu dewa – dewa rakyat berebut kursi
Duduk manis dengan tubuh gemuk
Hilang sudah janji – janji
Harta si miskin pun terus menerus di parut
Musnah asa dalam nestapa
Si miskin pun tetap terpuruk dalam – dalam
Kolong jembatan penuh sesak hingga tua
Sementara si kaya semakin kaya
Inikah kewarasan dari negeri nan elok
Dihuni oleh penguasa yang ego tak pernah me-nelok
Sudah puaskah anda akan harta yang kau rampas
Kami hanya terdiam sampai menunggu keajaiban
Menangis tersedu – sedu
Istana nan elok dari kardus musnah sudah
Sabarlah ini hanya awal yang tak jelas akhirnya
Untuk menanti saatnya indah diatas sana
Istana nan elok dari kardus musnah sudah
Sabarlah ini hanya awal yang tak jelas akhirnya
Untuk menanti saatnya indah diatas sana
Komentar
Posting Komentar